Kenali 7 Kebiasaan Buruk Buat Uangmu Cepat Habis
Halo sobat cuan, sobat millenial
Dikasi uang jajan sama orangtua atau baru gajian tapi di awal bulan udah berasa kayak akhir bulan? Kebutuhan hidup yang meningkat atau jangan-jangan gaya hidupmu yang salah. Kadangkala, saat kita pergi membeli sesuatu, mungkin ada yang tidak menyadari bahwa sesuatu itu tidak dibutuhkan. Kenali yuk kebiasaan apa saja yang suka menggerus uangmu!
TUJUH KEBIASAAN BURUK YANG MENYEBABKAN UANG CEPAT HABIS
1. Pergi Makan Di Luar (Restoran/Rumah Makan)
Pilihan 1 :
Ricebowl = Rp 30.000 x 3 kali makan = Rp 90.000.
Pilihan 2 :
Beras 5 kg = Rp 60.000 (1-2 minggu)
Telur 1 kg = Rp 25.000
Fillet ayam 1 kg = Rp 30.000
Jika dibandingkan kedua pilihan, manfaat penghematan yang dilakukan jauh lebih besar Rp 115.000 dibandingkan Rp 90.000, karena kita dapat mengkonsumsi berkali-kali, apalagi proses pemasakan sendiri di rumah dipastikan lebih higienis dibandingkan makan di luar. Bila tidak sempat masak, minimal masak nasi sendiri lalu beli sayur di warteg. Boleh saja makan di luar, hanya saja saya lebih menyukai makan di luar saat terdesak oleh jadwal kegiatan lalu diajak teman, self reward setelah ujian, dan hal tidak terduga lainnya, bukan untuk makan sehari-hari.
2. Berbelanja Barang Online yang Tidak Dibutuhkan
Banyak sekali barang-barang murah dan menarik di marketplace, tanpa disadari kita membeli barang tersebut padahal tidak dibutuhkan. Jangan termakan impulsive buying, walau rasanya nikmat seperti mendapatkan cintanya doi. Berpikirlah kenapa barang itu diperlukan! Catat barang yang diperlukan saja, ketika melihat barang lain kalian langsung lihat daftar belanjaan, apakah barang itu ada?
Semudah itukah menghindarinya? NO, perlu komitmen terhadap diri sendiri. Namun, dapat diminimalisir dengan berbagai cara. Ada tips baru dari saya jika kamu terjebak impulsive buying di online shop, yaitu kalian cukup tinggalkan barang yang ingin kalian beli selama 24 jam, lalu keesokannya kalian bertanya, apakah benar barang ini saya butuhkan? Menurut saya, tidak.
Lihat tulisan sebelumnya, apa itu impulsive buying di link berikut : Era New Normal, 5 Tips Mengatasi “Impulsive Buying” dalam Berbelanja di Mall.
3. Pemakaian kartu ATM
Sebelum memilih bank untuk menyimpan uang kalian, carilah keuntungan dan kerugian dari bank tersebut. Tanpa kalian sadari, biaya administrasi bank juga mempengaruhi uangmu. Andaikan penghasilan kalian Rp 2.000.000, lalu memilih biaya administrasi bank Rp 15.000 atau Rp 5.000. Kalau dipikir memang tidak terasa perbedaannya, tapi uang Rp 10.000 hingga Rp 15.000 dapat digunakan untuk 1x makan.
Atau kalian suka menggunakan uang digital, dengan biaya administrasi Rp 1.000. Sebaiknya langsung tetapkan saja berapa pengeluaran yang akan digunakan. Misalnya, transfer Rp 500.000 di uang digital, jadi yang terkirim nanti Rp 499.000. Bandingkan jika kalian mengirim Rp 500.000 dalam 5x transaksi. Uang yang kalian terima di dompet digital menjadi Rp 495.000.
4. Lupa Mematikan Biaya Langganan
Sebut saja Youtube Premium, Spotify, NSP Telkomsel, Netflix, VIU, dan berbagai aplikasi yang menyediakan biaya langganan. Seluruh biaya langganan ini dapat dikatakan mempengaruhi pengeluaran kalian, rentang harga langganannya antara Rp 50.000 - Rp 200.000 per bulan. Yang menjadi masalah adalah kalian lupa mematikan biaya langganan ini ketika tidak dibutuhkan lagi. Tanpa disadari, pendapatan atau gaji di ATM akan terpotong otomatis atau tagihan kredit bertambah. Langganan Netflix, Spotify, dan dkk. tidak seperti langganan kuota yang begitu habis lalu pemakai harus membeli lagi sendiri. Jadi, pastikan kalian mematikan biaya langganan ini saat tidak digunakan lagi.
5. Membeli Aksesoris Game
Sebagian orang pasti meluangkan jam kosong untuk bermain game atau menghilangkan stress melalui game. Sebenarnya ini salah satu kebiasaan yang bagus, tapi menjadi kebiasaan yang buruk ketika kalian mengabaikan hal sekitar dan terobsesi dengan game tersebut. Apalagi rela merogoh kocek yang besar untuk membeli aksesoris game. Sebut saja tiga game paling laris di kalangan anak muda, yaitu Mobile Legend, PUBG, dan Free Fire.
Ingat selain menghibur orang, pencipta game itu juga berbisnis. Mereka mengeluarkan aksesoris game yang baru agar kita melakukan top up diamond. Yang paling kalian tidak sadari adalah game itu memiliki siklus trennya sendiri. Sebut saja game legendaris yang pernah menghiasi hidup kalian, yaitu PB, Lost Saga, AyoDance dan Clash of Clans. Sudah berapa uang yang kalian habiskan untuk game-game itu? Tidak apa-apa merogoh kocek jika kalian berkomitmen menjadi pro player namun faktanya skill saja tidak mencukupi.
6. Nongkrong For Life
Pulang ngantor, nongkrong. Pulang kuliah nongkrong. Pulang sekolah nongkrong.
PSBB udah ngga lagi, nongkrong :)
Pernah tidak kalian berpikir bahwa nongkrong itu menghabiskan uang saja? Memang nongkrong sedang jadi trendy sekarang, bisnis cafe bermunculan dimana-mana. Tapi jangan sampai kalian menghabiskan hidup hanya untuk nongkrong setiap hari. Nongkrong lah saat diperlukan, misalnya udah lama ngga ketemu temen, mencari informasi bareng temen, dan menyusun ide bisnis bersama. Daripada nongkrong setiap hari, menghabiskan uang orang tua dan basa basi ngga jelas. Kenapa tidak menghabiskan waktu dan tenaga untuk menambah penghasilan atau meningkatkan skill?
7. Menabung bukan Investasi
Hemat pangkal kaya. Menabung pangkal kaya.
Inikah peribahasa yang sering kamu dengar? Ini berlaku untuk anak TK, SD, atau SMP agar mereka terdidik menjaga keuangannya. Tapi, peribahasa ini tidak berlaku untuk kalian yang sudah beranjak dewasa. Menabung tidak memberi kekayaan karena nilai mata uang kalian akan tergerus oleh investasi. Seandainya kalian diberi uang Rp 500.000 di tahun 2005 atau tahun 2020. Dulu, harga bensin tahun 2005 hanya Rp 4.500/liter, harga bensin di tahun 2015 sebesar Rp 6.600/liter, harga bensin di tahun 2020 sebesar Rp 7.650/liter. Dengan Rp 500.000 di tahun 2005, 2015, dan 2020, besaran bensin liter yang dapat kalian berbeda-beda bahkan liter yang kalian dapatkan semakin kecil. Harga di sekarang juga akan berbeda dengan harga di masa yang akan datang. Oleh karena itu, kebiasaan menabung harus diubah menjadi kebiasaan investasi. Dengan investasi, uang yang kalian miliki akan berbunga.
"Sekecil apapun uangnya akan cukup bila digunakan untuk hidup, tapi sebanyak apapun uangnya tak akan pernah cukup untuk jika hanya untuk memenuhi gaya hidup"
Semua yang disampaikan terkesan pelit ya, tapi itu bukan. Pelit dan hemat beda tipis. Orang pelit itu menyimpan uangnya tanpa tujuan, mereka bahkan tidak memberikan uang sepeser pun kepada orang yang membutuhkan. Sedangkan, orang hemat itu menginvestasikan uangnya agar aset yang dimiliki berlipatganda, dan mereka tidak ragu menganggarkan beberapa persen uangnya untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Comments
Post a Comment