Era New Normal, 5 Tips Mengatasi “Impulsive Buying” dalam Berbelanja di Mall

Hai sobat cuan, sobat millenial.

Sudah berbulan-bulan, PSBB mengurung kalian agar tetap berada di dalam rumah, mungkin ada yang kepingin banget pergi ke mall atau ke tempat hiburan untuk menghilangkan stress di rumah. Namun, kalian perlu ingat, jangan sampai terjadi 'Impulsive Buying' selama bepergian.

Kuy, all you can eat. Udah lama nih.

Wah, kaosnya bagus banget, murah lagi.

Softlens-nya lagi diskon nih.

Pasti kalian pernah dong mengalami hal di atas, saya pun juga. Memang semua kegiatan tersebut menghilangkan rasa stress dan memberi kebahagiaan tersendiri. Namun, kalian juga perlu ingat bagaimana kondisi keuangan kalian di tengah pandemi COVID-19 dan setelahnya?
TAHUKAH KALIAN?
Impulsive Buying adalah pembelian yang tidak rasional dan terjadi secara spontan karena munculnya dorongan yang kuat untuk membeli dengan segera pada saat itu juga dan adanya perasaan positif yang kuat mengenai suatu benda, sehingga pembelian berdasar impuls tersebut cenderung terjadi dengan adanya perhatian dan mengabaikan konsekuensi negatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi impulsive buying adalah produk dengan karakteristik harga murah, pemasaran, dan karakteristik konsumen.
Berikut 5 TIPS Mengatasi 'Impulsive Buying' di Mall.
1. Membuat Daftar Barang Belanja atau Persentase Pengeluaran
Ketika memiliki perincian yang jelas mengenai barang belanjaan, maka secara tidak langsung, kalian telah berkomitmen terhadap pemasukan/keuangan sendiri. Misalnya, berbelanja keperluan sekolah, kalian merinci pembelian seragam, sepatu sekolah, kaos kaki, tas, dan alat tulis saja. Jangan kalian tiba-tiba membeli sepatu olahraga hanya untuk fashion/trendy atau  karena harganya sedang murah. Hal itu dinamakan impulsive buying.
Mungkin sebagian orang pasti malas membuat daftar belanjaan. Ya, minimal kalian perlu lah membuat persentase pengeluaran dari pemasukan kalian. Misalnya, pemasukan Rp 3.000.000, pengeluaran kebutuhan sehari-hari Rp 2.250.000 (75%), pengeluaran investasi Rp 300.000 (10%), pengeluaran mendadak Rp 300.000 (10%), dan donasi amal Rp 150.000 (5%). Jadi, jika ingin bersenang-senang, kalian jangan mengeluarkan uang yang lebih dari pengeluaran mendadak Rp 300.000 (10%).

2. Menghindari Area Pembelanjaan dan Belanja Online
Apa asiknya ke mall gak liat barang branded? Jadi jalannya ke mana dong? Sabar netizen, maksud saya adalah kalian harus menghindari area pembelanjaan yang sesuai dengan budget anda. Misalnya, kalian punya uang di saku Rp 500.000, kalian tahu harga baju Giordano itu kisaran Rp 150.000 ke atas dan liat diskon nih up to 30%. Wah, siapa sih yang ngga tertarik? Tipe-tipe barang seperti inilah yang wajib kalian jauhi. Carilah barang belanjaan yang lebih mahal, misalnya ke toko elektronik atau ke toko gadget. Biar jiwa misqueen kalian hanya meronta-ronta dan tidak ingin membeli barang tersebut.
Mungkin kalian berkata, "Zaman gini kan belanjanya online shop". Ya, saya pun juga begitu. Namun, kalian perlu ingat jangan sampai kebablasan agar kondisi keuangan terjaga. Kunjungilah barang-barang yang tidak mampu kalian beli dan tetap bisa menyegarkan pikiran. Apalagi, jika kalian tidak membeli kebutuhan sehari-hari dari aplikasi online, hapus saja aplikasinya agar terhindar dari impulsive buying.

3. Berpikirlah 'Kenapa Barang itu Diperlukan?'
Jika kalian menganggap tips pertama dan kedua sulit dilakukan, maka cara/tips termudah yang dapat dilakukan adalah berpikirlah 'Kenapa Barang itu Diperlukan?'. Di mall, lihat kaos trendy beli, figure anime keren beli, parfum wangi beli. Ingat bro, kalian itu bukan Sultan. Pertimbangkanlah sesuatu yang ingin dibeli, misalnya beli kaos Giordano, ingatlah masih ada baju yang bagus dan belum terpakai di rumah, kenapa harus beli yang baru? Kecuali, baju di rumah sudah sobek dan usang, nah boleh kalian membeli kaos itu.

4. Tanyakan kepada Teman atau Keluarga
Kadangkala sulit memutuskan, dan memikirkan sendiri, 'Kenapa barang itu diperlukan?'. Nah, bertanya kepada teman kalian atau keluarga sendiri untuk meminta saran merupakan pilihan yang tepat. Misalnya, kalian ingin beli jaket baru dari H&M yang terdiskon dan merasa memerlukannya, dengan alasan jaket di rumah cepat bau dan tidak cocok dengan outfit. Sebelum membeli, coba tanyakan teman kalian, apakah keputusanmu sudah tepat. Bisa saja teman kalian menyarankan untuk tidak membelinya atau membeli baju lengan panjang saja yang harganya relatif lebih murah dibandingkan jaket agar kondisi keuangan kalian tetap terjaga.

5. Temukan Hobi atau Hal Baru
Seringkali, kalian merasa ingin memberi reward kepada diri sendiri karena telah mencapai target (goals) kalian atau menghilangkan perasaan jenuh/bosan di rumah dengan membeli semacam hadiah keren. Hal ini bukan cara yang tepat jika keuangan kalian sedang terganggu. Temukanlah cara lain untuk memberi hadiah kepada diri sendiri tanpa memerlukan biaya tetapi sama-sama memberi kesenangan. Misalnya, memasak dan olahraga. Bahkan, kalian dapat menjadi blogger, seperti dapat bersenang-senang secara gratis dan membagikan ilmu kepada orang lain.

"Bukan seberapa banyak orang menghasilkan uang, melainkan untuk tujuan apa uang itu digunakan" - John Ruskin

Comments