5 Alasan Kenapa Harus Investasi Saham Saat Masa Krisis (COVID-19)
Hai sobat cuan, sobat millenial.
Siapa yang zaman now gini belum mulai berinvestasi? Yah, kudet banget sih kalian, alias kurang update. Investasi di masa krisis itu jarang terjadi, sangat langka. Ada banyak instrumen investasi yang tersedia dan menarik di Indonesia, salah satunya adalah saham.
TAHUKAH KALIAN?
Secara sederhana, yang dimaksud dengan pasar modal adalah sebuah pasar yang mempertemukan perusahaan yang memerlukan dana jangka panjang dengan masyarakat yang melakukan investasi. Dalam praktiknya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Apabila pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang, maka pasar uang (money market), pada sisi yang lain; merupakan pasar surat berharga jangka pendek. baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market). Jika di pasar modal diperjualbelikan instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif), seperti opsi (put atau call), maka di pasar uang diperjualbelikan antara lain Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial Paper, Promissory Notes, Call Money, Repurchase Agreement. Banker's Acceptence, Treasury Bills, dan lain-lain.
Berikut 5 ALASAN Kenapa Harus Investasi Saham Saat Masa Krisis
1. Banyak Saham yang Terdiskon
Banyak sekali orang tidak mau masuk ke pasar saham karena takut rugi saat membeli di harga yang terlalu tinggi. Wah, sayang banget nih, padahal harga saham di seluruh sektor sedang terdiskon, alias berada di bawah nilai wajarnya. Nih saya kasih contoh dari saham BBCA (PT Bank Central Asia Tbk.), sektor perbankan.
Sejak pertama kali kasus COVID-19 di Indonesia ditemukan pada Maret 2020. Harga saham BBCA dapat dibeli per tanggal 23 Maret 2020 dengan harga terendah sebesar Rp 22.025/lembar saham, nah sekarang per tanggal 13 Juli 2020 harga saham BBCA seharga Rp 30.875/lembar saham. Anggap saja kalian membeli 5 lot (1 lot = 100 lembar) di harga Rp 22.025, sebesar Rp 11.012.500,-. Jika kalian menjual 5 lot di harga Rp 30.875, sebesar 15.437.500,-. Jadi, total seluruh keuntungan (gain) yang kalian dapatkan sebesar Rp 15.437.500 - Rp 11.012.500 = Rp 4.425.000,- dalam waktu 4 bulan. Wow, menarik bukan untuk dijadikan investasi jangka panjang?
2. Kesempatan Langka Beli Saham
Kesempatan langka ini bagaikan melihat fenomena langit yang jarang terlihat. Krisis ekonomi terjadi dalam jangka waktu yang panjang, dapat dikatakan kurang lebih 10 tahun sekali di Indonesia, tercatat pada tahun 1998, 2008, dan 2020. Kenapa krisis ekonomi dapat terjadi? Kalian dapat temukan jawabannya di sini. Akibat perekonomian yang krisis inilah, harga saham dapat terdiskon murah dibandingkan harga saham saat perekonomian sedang normal. Nih, saya tunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun 2008 dan 2020 yang merosot. IHSG adalah salah satu indikator yang digunakan untuk memantau pergerakan harga saham-saham di Indonesia.
IHSG terkoreksi ke angka 1.451,669 pada tanggal 8 Oktober 2008.
IHSG terkoreksi ke angka 3.937 pada tanggal 27 Maret 2020.
IHSG mencapai level terendah selama 8 tahun terakhir di 2020.
3. Hanya dengan Uang Rp 100.000
Siapa bilang main saham harus uang 1 juta, 10 juta, 100 juta? Hanya dengan uang Rp 100.000 pun kalian bisa membuka rekening dan menjadi pemilik perusahaan. Saham dapat dibeli minimal 1 lot (1 lot = 100 lembar saham). Memang dengan uang Rp 100.000, kalian tidak bisa membeli harga saham yang tinggi, seperti bank BCA. Setidaknya, kalian bisa berinvestasi di harga saham yang lebih murah dan bagus secara laporan keuangannya (fundamental), dengan kisaran harga Rp 1.000/lembar sahamnya.
4. Return yang Dihasilkan Besar
Tidak perlu diragukan lagi bahwa saham memberikan hasil keuntungan dan resiko kerugian yang paling besar di antara instrumen investasi lainnya. Sebelumnya, saya sudah mencontohkan saham BBCA (salah satu saham bluechip) yang memberi return +40%, dari Rp 11.012.500 menjadi 15.437.500 dalam waktu 4 bulan. Namun, ini belum ada apa-apanya dibandingkan saham second-liner dan third-liner.
Misalnya, saham KRAS (PT Krakatau Steel Tbk), per tanggal 23 Maret 2020 dapat dibeli seharga Rp 126/lembar, dan per tanggal 13 Juli 2020 dapat dijual seharga Rp 368/lembar. Coba bayangkan, jika kalian membeli 1.000 lot (1 lot = 100 lembar), totalnya sebesar Rp 12.600.000,-. Pada tanggal 13 Juli 2020, kalian menjual semua lot saham, totalnya sebesar Rp 36.800.000,-. Wowww menakjubkan sekali, hanya dalam waktu 4 bulan, keuntungan dari saham KRAS sebesar Rp 36.800.000 - Rp 12.600.000 = Rp 24.200.000,-, dengan return 192%.
Pergerakan Saham KRAS sejak 23 Maret 2020
5. Beli Saham sambil Rebahan
Siapa yang belum tahu kalau kalian bisa lo membeli saham pas lagi rebahan doang? Ya, berbeda dengan zaman dulu yang tidak memiliki teknologi, kalian harus pergi membeli saham di bursa efek. Nah, di zaman sekarang, pembelian saham cukup dari aplikasi yang disediakan oleh sekuritas. Pendaftaran sekuritas pun tergolong mudah karena hanya mengirimkan data secara online, alias dari rumah aja. Dari pengalaman saya, proses pendaftaran hanya memakan waktu kurang lebih 1 minggu. Saya memilih Indo Premier Sekuritas sebagai awal perjalanan di dunia saham. Cara Buka Rekening Saham Online dan Tips Memilih Sekuritas.
"To be part of 1%, you must be prepared to do what the other 99% do not" - Warren Buffet
Demi menjadi bagian dari 1% persen populasi orang sukses, kalian perlu bersiap diri untuk melakukan apa yang 99% orang lain tidak lakukan. Semua yang telah disampaikan di atas berdasarkan pengalaman saya selama terjun ke dunia saham saat masa pandemi ini. Tentunya, saya telah membekali diri dengan analisis teknikal, analisis fundamental, manajemen resiko, strategi investasi, dan indikator analisis dalam dunia saham. Jangan pernah terjun ke dunia saham tanpa membekali diri dengan ilmu yang cukup dan mental yang kuat, ingatlah saham selain memberi return yang besar, juga memberikan resiko investasi yang besar (jika ada +40%, maka ada juga -40%). Kita juga perlu berhati-hati akan kondisi perekonomian yang sedang berfluktuasi saat ini.
Comments
Post a Comment