5 Kesalahan Mindset Ketika Berinvestasi Bagi Pemula

Hai sobat cuan, sobat millenial

Kini semua orang mulai beralih dari kebiasaan menabung menjadi kebiasaan berinvestasi. Mulai dari deposito, reksa dana, properti, emas, P2P lending, obligasi, saham, crypto, dan forex. Bahkan, Investor storyteller, Investor Motivator, Pakar Trader Saham juga bermunculan di platform media sosial mana pun dengan menunjukkan profitnya yang jutaan bahkan milliaran hanya dengan berinvestasi, dan mereka siap mengajari kalian bagaimana menghasilkan profit tersebut. Namun, pernahkah kalian berpikir?

Berapa modal untuk berinvestasi agar dapat profit jutaan?

Kegagalan apa yang pernah mereka rasakan sebelum sukses?

Setelah sukses, masih bisa merugi tidak?

Keuntungannya berapa persen?

Terkadang, kita hanya memikirkan profit tanpa melihat sisi lain dari investasi itu. Ketika lagi apes dan sialnya merugi, mungkin sebagian dari kita akan lari dan berkata, "No, ITU HARAM", "HABISIN UANG AJA", "SAMA SEPERTI JUDI". Investasinya yang salah atau mindset investasi kalian yang salah?

BERIKUT 5 KESALAHAN MINDSET KETIKA BERINVESTASI

1.  Melihat Nominal Profit dalam jangka pendek (Ubah Menjadi : Melihat Persentase Profit dalam jangka panjang)

Pemula sering kali salah menilai profit orang sukses ketika berinvestasi, misalkan saja trader saham dan forex. Lihat keuntungan Rp 500 juta dalam sehari langsung kepincut dan mengikuti jejaknya. Padahal, persentase keuntungannya hanya 1%, yang artinya modal investor itu senilai Rp 50 milliar. Berbeda dengan orang yang persentase keuntungannya 10-20%, artinya modal yang dimiliki senilai Rp 2,5 - 5 milliar. Jadi, apa maksudnya?
Coba hitung dengan modal sendiri. Anggap saja Rp 5 juta dengan persentase keuntungan 1%, artinya profit sebesar Rp 50.000 saja. Jika persentase keuntungan 10-20%, artinya profitnya sebesar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta. Bila persentase keuntungannya hanya 1% saja, belum dipotong fee broker dan sales tax dalam saham maka habislah profit Rp 50.000, berbeda dengan  profit yang Rp 500.000.000, dipotong pun masih tersisa jutaan rupiah.

Sama halnya seperti reksa dana. Modal Rp 5 juta, keuntungan per hari hanya bertambah Rp 1.500-Rp 3.000. Pernahkah kalian mencoba untuk menghitung keuntungan per tahunnya? Asumsikan modal diinvestasikan ke reksa dana pendapatan tetap dengan keuntungan rata-rata Rp 1.500 per hari saja atau setara 0,03% yang kalian keluhkan tadi. Bila satu bulan keuntungan kalian mencapai Rp 45.000 atau setara 0,9%, maka satu tahun keuntungannya mencapai Rp 540.000 atau setara 10,8%. Angka 10,8% cukup tinggi untuk pendapatan bunga per tahun dibandingkan obligasi yang return-nya hanya 7-9% per tahun. Seringkali investor pemula gagal melihat keuntungannya secara keseluruhan (jangka panjang) dan lebih memilih berhenti dalam investasi.

2. Investasi Adalah Saham (Ubah Menjadi : Investasi Bukan Hanya Saham, tapi Saham adalah Salah Satu Investasi)

Jangan pernah menyamakan investasi dengan saham. Sebagian teman kalian mungkin beranggapan, INVESTASI = SAHAM, atau itu diri kalian sendiri. Padahal instrumen investasi di Indonesia ada deposito, reksa dana, properti, emas, P2P lending, obligasi, crypto, dan forex. Jadi, investasi tidak terbatas pada saham saja.
Apalagi, ketika menyamakan SAHAM = BINOMO. Berkat marketing viral Budi Setiawan, orang awam sering beranggapan bahwa trading saham hanya bisa melalui BINOMO saja. Kalau kita lihat bersama melalui situs OJK, setidaknya terdapat 104 sekuritas berizin OJK yang menyediakan trading saham di Indonesia, dan kita bisa mengecek sekuritas mana yang menyediakan investasi bodong (tidak berizin OJK) atau tidak.

3. Investasi Hanya Memberikan Keuntungan (Ubah Menjadi : Investasi Memberi Keuntungan dan juga Resiko) 

Investor storyteller, investor motivator, pakar trader saham sering kali memamerkan profit jutaan rupiahnya di media sosial, sampai jari tak lagi berkutik untuk mengetik. Pikiran hanya dipenuhi rasa iri melihat kesuksesan orang lain. Sampai akhirnya, kita mengikuti jejak mereka dan terjun ke dunia investasi. Sialnya, malah kena rugi atau gagal bayar karena tidak ada perencanaan strategis yang jelas.
Ingat, mana ada orang yang ingin memamerkan kerugiannya dalam media sosial. Investasi juga memberikan resiko. Saham dan forex yang naik puluhan persen juga bisa turun puluhan persen, emas dan properti dikatakan sebagai safe heaven suatu saat pasti juga akan terkena bubble karena harganya yang terlalu tinggi, deposito selalu memberi keuntungan namun masih tergerus inflasi, obligasi dan P2P Lending juga bisa gagal bayar. Lalu, bagaimana orang bisa sukses berinvestasi? Mereka dapat memilih instrumen investasi mana yang lagi diuntungkan saat kondisi tertentu dan meminimalkan resiko bukan mencari-cari resiko agar mendapat keuntungan yang tinggi.

4. Semua Uang Digunakan Untuk Investasi (Ubah Menjadi : Pakai Uang Menganggur Untuk Investasi)

Tidak ada yang bisa memperkirakan pergerakan pasar di keesokan hari. Dalam hitungan menit, bisa saja terjadi bencana alam atau perang dunia. Misalkan saja COVID-19, siapa sih yang bisa menebak akan muncul virus berbahaya muncul dari Wuhan, bahkan menyebar ke seluruh dunia? Kan jarak antarnegara jauh. Ketika COVID-19 datang ke tanah air, siapa yang tidak mengingat pasar saham anjlok hingga ke angka 3.900 selama lima hari berturut-turut, dan harga komoditas yang juga turun. Nasib orang saat membeli saham sebelum COVID-19 pasti mengalami kerugian.
Ketika orang menggunakan seluruh pendapatannya untuk membeli saham saat itu maka berkuranglah uangnya, bayar hutang pun jadi sulit. Oleh sebab itu, penggunaan uang menganggur sangatlah penting dalam meminimalkan resiko investasi. Bila terjadi penurunan harga, kalian masih bisa mengantisipasi resiko terburuk, dan jangan lupa melakukan diversifikasi investasi. Misalkan, uang menganggur Rp 1.000.000 bisa diinvestasikan ke emas dan reksa dana pasar uang atau 2 saham (sektor perbankan dan konsumer) dengan harga Rp 5.000/lembar saham.

5. Investasi Tidak Bisa Dengan Modal Kecil (Ubah Menjadi : Investasi Bisa Dilakukan Dengan Modal Kecil)

Investasi untuk pemodal besar itu sudah basi, hanya di zaman dulu saja. Di zaman sekarang, Rp 100.000 saja sudah bisa berinvestasi di saham ataupun reksa dana, bahkan Rp 10.000 pun bisa. Lihatlah salah satu manajer investasi reksa dana (Manulife Dana Kas II) di bawah ini pada aplikasi BIBIT.

Masa sih uang Rp 10.000 saja tidak mau kalian keluarkan untuk berinvestasi, padahal kalian rela membeli rokok yang seharga Rp 20.000. Memang yang perlu kalian ketahui sebelum berinvestasi adalah investasi dan menabung itu berbeda, serta cara kerja investasi itu. Kalian menabung Rp 10.000 di ATM dapat digunakan kapan saja untuk kebutuhan, namun investasi itu tujuannya jangka panjang. Melakukan investasi berarti menekan resiko inflasi yang terjadi.
"Never Invest in A Business, You Cannot Understand" - Warren Buffet 

Yuk mulai berinvestasi dari sekarang!


Comments