Era Suku Bunga Negatif, Deposito di Bank Auto Uang Berkurang?

Halo sobat cuan, sobat millenial

Saat terjadi kelesuan ekonomi, bank sentral (Bank Indonesia) bertugas mengatur tingkat suku bunga untuk menjaga keseimbangan ekonomi di suatu negara. Suku bunga dapat dinyatakan turun, misal dari 6% menjadi 4% atau sebaliknya. Lalu, bagaimana jika suku bunga itu diturunkan hingga -0,25%? Siapa yang diantara kalian belum tahu cara kerja suku bunga di suatu negara? Yuk, kita belajar bersama.
TAHUKAH KALIAN?
Suku bunga acuan adalah Pada tanggal 19 Agustus 2016, Bank Indonesia telah meresmikan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate sebagai suku bunga acuan baru di Indonesia. Kebijakan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate dinilai lebih cepat mempengaruhi pasar uang, perbankan, dan sektor riil ketimbang BI Rate (suku bunga acuan lama). Jika terjadi inflasi, Bank Indonesia akan meningkatkan suku bunga acuan. Dengan BI Rate, beberapa bank tidak ingin uang mereka tersimpan di BI selama setahun, yang artinya inflasi tidak dapat turun secara cepat. Diperlukan rentang waktu setahun agar inflasi dapat turun. Dengan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate, rentang waktu yang dibutuhkan lebih singkat daripada BI Rate. Lembaga perbankan tidak perlu lagi menunggu setahun, bank-bank bisa menarik uangnya setelah menyimpan selama 7 hari (bisa 14 hari, 21 hari, dan seterusnya) di Bank Indonesia (BI). Kemudian pengembalian tersebut ditambah dengan bunga yang besarannya seperti yang dijanjikan sebelumnya.

BAGAIMANA CARA KERJA SUKU BUNGA DALAM PEREKONOMIAN?.
Untuk mengetahui cara kerja dari suku bunga, kalian perlu mengetahui terlebih dahulu bagaimana perekonomian itu bergerak? Secara sederhana, perekonomian suatu negara bergerak karena adanya transaksi dan credit (pinjaman). Mari kita bahas transaksi terlebih dahulu. Transaksi terbentuk ketika ada spending (pengeluaran) bagi pembeli dan income (pendapatan) bagi penjual. Misalnya, Angga membeli hoodie di toko Budi, lalu uang yang didapatkan Budi dapat dibelikannya sepatu di toko Fahri, dan seterusnya. Uang yang semula berada di Angga akan terus berputar dengan dibelanjakan (spending) dan diterima (income) oleh orang lain. Transaksi jual-beli ini membentuk produktivitas masyarakat, sehingga dalam perekonomian, terwujudlah suatu pertumbuhan ekonomi yang bergerak secara linear (garis lurus seperti gambar di bawah).
Dengan adanya credit (pinjaman), maka orang yang ingin berbelanja dapat melakukan transaksi terlebih dahulu tanpa harus memiliki uang itu sendiri. Misalnya, Angga belanja hoodie di toko Budi dengan cicilan, yang bunga kreditnya 5% per tahun, selama 12 bulan. Jika harga hoodie sebesar Rp 360.000, maka Angga membayar utangnya sebesar Rp 30.000 didapat dari Rp 360.000 : 12 bulan, dan juga harus membayar bunga cicilan sebesar Rp 1.500 didapat dari (Rp 360.000 x 5%) : 12 bulan. Jadi, Angga wajib membayar Rp 30.000 + Rp 1.500 = Rp 31.500/bulan kepada Budi, dimana total hoodie dalam satu tahun sebesar Rp 378.000,-.
Kredit menimbulkan utang bagi yang meminjam dan aset bagi peminjam. Dalam perekonomian, kredit yang harus dibayarkan itu akan menambah spending (pengeluaran) bagi peminjam dan income (pendapatan) bagi yang meminjam. Sehingga, pertumbuhan ekonomi lebih cepat bergerak yang diikuti dengan kurva utang jangka pendek dan kurva utang jangka panjang (lihat gambar kurva di bawah yang membentuk gelombang).
Gambar. Kurva Pertumbuhan Ekonomi
Pernahkah kalian mendengar bahwa jumlah uang yang beredar terlalu banyak akan menyebabkan inflasi? Ya, di sinilah cara kerja dari suku bunga, serta hubungannya dengan transaksi dan kredit. Ketika jumlah uang beredar lebih besar dua kali lipat akibat transaksi dan kredit, dibandingkan jumlah barang yang selalu tetap, maka harga barang menjadi dua kali lipat lebih mahal dan terjadilah inflasi.
Untuk mengatasi inflasi, bank sentral berperan sebagai pengatur tingkat suku bunga. Jika jumlah uang beredar terlalu banyak, bank sentral akan meningkatkan tingkat suku bunga sehingga orang malas meminjam kredit karena takut berutang dan harus membayar bunga kredit yang lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika jumlah uang beredar terlalu sedikit, bank sentral akan menurunkan tingkat suku bunga sehingga orang akan semangat meminjam uang untuk berbelanja karena pembayaran bunga kredit rendah. 

PERTANYAAN BARU : BAGAIMANA SUKU BUNGA BISA TURUN DRASTIS?
Nah, ketika deflasi terjadi (jumlah uang beredar sedikit), bank sentral akan menurunkan tingkat suku bunga yang akan memanaskan perekonomian dalam jangka pendek (5-8 tahun). Namun, jika penurunan tingkat suku bunga terus dilakukan hingga hampir atau mencapai negatif, tetapi tidak memanaskan perekonomian, maka terjadilah deleveraging/resesi ekonomi dalam jangka panjang (75-100 tahun). Kalian bisa melihatnya melalui gambar di atas, kurva utang jangka panjang (gelombang besar) mulai terasa mengalami penurunan dari puncaknya.
Ciri-ciri dari deleveraging itu sendiri adalah utang yang lebih besar dari pendapatan, siklus utang jangka panjang mencapai puncaknya, orang-orang tidak melakukan spending, pasar saham turun, pengangguran, dan suku bunga acuan mencapai 0%. Kita ambil contoh negara Amerika Serikat di tahun 1940, 2008, dan 2020 yang pernah menurunkan suku bunga hingga 0%.
Gambar. Suku Bunga Acuan Amerika Serikat dari tahun 1955 hingga 1 Juni 2020


PERTANYAAN BARU : BAGAIMANA CARA KERJA SUKU BUNGA NEGATIF?
Walaupun Amerika belum menerapkan suku bunga negatif, setidaknya ada 3 negara di dunia ini telah menerapkan suku bunga negatif untuk memanaskan perekonomiannya per Juni 2020, yaitu Jepang (-0,1%), Denmark (-0,6%), dan Swiss (-0,75%).
Saya akan menjelaskan secara sederhana bagaimana suku bunga negatif bekerja agar mudah dipahami. Pernahkah kalian mendepositokan atau meminjam uang di bank? Biasanya saat suku bunga positif, kita akan memperoleh pendapatan bunga dari mendepositokan uang di bank dan harus membayar bunga atas uang yang dipinjam. Nah, berkebalikan dengan suku bunga negatif, kita yang mendepositokan uang terpaksa membayar bunga dan yang meminjam akan memperoleh uang tambahan dari bunga.
Misalnya, Angga pergi ke bank mendepositokan uang sebesar Rp 50.000.000,- dengan bunga -0,6%/tahun, maka uang yang dimiliki Angga dalam setahun sebesar Rp 49.700.000,- karena harus membayar bunga Rp 300.000,-. Mendepositokan uang menjadi hal yang tidak menarik bukan kala suku bunga negatif.
Dengan suku bunga negatif, Bank Indonesia juga dapat menurunkan cadangan wajib minimum, Bank Indonesia ingin menambah jumlah uang beredar. Pada saat Bank Indonesia menurunkan cadangan wajib minimum, bank umum dapat meningkatkan penyaluran dana kepada masyarakat melalui pemberian kredit. Dengan demikian, jumlah uang beredar dalam masyarakat bertambah.

"Uang tidak membuatmu bebas secara finansial, hanya Anda yang bisa membuat diri Anda bebas secara finansial" - Suze Orman
Untuk info selengkapnya tentang bagaimana perekonomian bekerja,  kalian dapat menonton video di link berikut ini : How the Economic Machine Works dan mengenai bagaimana suku bunga bekerja, kalian dapat menonton video berikut ini : Suku Bunga Acuan (Sebagai Pengendali Inflasi).

Comments